Bagaikan harapan menjamah bintang

“Andaikan dia tahu, siksaan yang kurasakan saat harus jatuh cinta kepadanya, secara diam-diam”

Terkadang, sebuah “perasaan” datang begitu saja saat kita tak menghendakinya. “Perasaan” yang memaksa jantung ini untuk terus berdegup kencang, bagaikan sebuah genderam di saat perang terjadi. Namun, itulah yang sebuah kenikmatan dan keindahan yang terjadi.

Dibalik itu semua, muncul secerca siksaan, saat hanya satu pihak yang merasakannya. Siksaan yang memaksa hati ini untuk secara diam-diam menyimpan “perasaan” itu. Bagaikan situasi di mana engkau harus berkata jujur, namun akan membunuh dirimu sendiri.

Seiring berputarnya jarum jam dinding, ingin ku akhiri siksaan ini, namun di sisi lain hati ini menikmati apa yang terjadi. Begitu pula semua raga ini, seakan mati dibuatnya. Bukan, karena hati dan raga ini tak memiliki nyali, namun merasa tak pantas akan perasaan yang secara diam-diam terus mengagumi mu, dari sudut terkecil yang ada.

Bagaikan melihat sebuah bintang dari lubang teleskop, hati ini pun merasa demikian. Merasa engkau sebuah bintang, yang hanya dapat dinikmati melalui mata ini, dan tak bisa menjamah indahnya dirimu.